Pan Am Penerbangan 73
 N656PA, pesawat yang terlibat dalam pembajakan, difoto pada Januari 1985 di Bandar Udara Munich-Riem. | |
| Ringkasan pembajakan | |
|---|---|
| Tanggal | 5 September 1986 |
| Ringkasan | Pembajakan |
| Lokasi | Karachi, Sindh, Pakistan |
| Penumpang | 360 |
| Awak | 19 |
| Cedera | 120 |
| Tewas | 20[1] |
| Selamat | 336 |
| Jenis pesawat | Boeing 747-121 |
| Nama pesawat | Clipper Empress of the Seas |
| Operator | Pan American World Airways |
| Registrasi | N656PA |
| Asal | Bandar Udara Internasional Sahar Mumbai, India |
| Perhentian | Bandar Udara Internasional Jinnah Karachi, Pakistan |
| Perhentian terakhir | Bandar Udara Frankfurt am Main Frankfurt am Main, Jerman Barat |
| Tujuan | Bandar Udara Internasional John F. Kennedy New York, Amerika Serikat |
Pan Am Penerbangan 73, sebuah pesawat Pan American World Airways Boeing 747-121, dibajak pada 5 September 1986, saat berhenti di Karachi, Pakistan, oleh empat pria bersenjata Palestina dari Organisasi Abu Nidal. Dengan 360 orang di dalamnya, pesawat tersebut datang dari Bandar Udara Internasional Sahar di Mumbai, India, dan bersiap untuk berangkat ke Bandar Udara Internasional Jinnah di Karachi untuk menuju Bandar Udara Frankfurt di Frankfurt am Main, Jerman Barat, untuk kemudian meneruskan perjalanan ke Bandar Udara Internasional John F. Kennedy di New York City, Amerika Serikat.[2] Sebuah keputusan besar Juni 2001 menyatakan bahwa para militan tersebut berencana untuk memakai pembajakan pesawat tersebut untuk membebaskan para tahanan Palestina di Siprus dan Israel.[3]
Empat puluh tiga penumpang tewas saat pembajakan yang berasal dari India, Amerika Serikat, Pakistan dan Meksiko. Seluruh pembajak ditangkap dan dihukum mati di Pakistan. Namun, hukuman kemudian diubah menjadi penjara seumur hidup. Neerja Bhanot, kepala pramugari di penerbangan tersebut, secara anumerta dianugerahi penghargaan perdamaian tertinggi di India untuk keberanian, Penghargaan Ashoka Chakra atas jasanya untuk menyelamatkan nyawa para penumpang saat pembajakan tersebut.[4]
Referensi
- ^ Moschella, William (2004-09-27). "Views of the United States Department of Justice on 'Department of Justice Appropriation Authorization Act, Fiscal Years 2004 through 2006'" (PDF). Surat untuk Orrin Hatch. Diakses tanggal 2017-10-07.
- ^ "Pan Am Flight-73 alleged hijacker 'killed' in drone attack in Pakistan". asiantribune.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-07-13. Diakses tanggal 13 November 2015.
- ^ "United States of America v. Wadoud Muhammad et al Indictment" (PDF). justice.gov. United States Department of Justice. 2001-06-11. Diakses tanggal 2015-04-18.
- ^ "24 yrs after Pan Am hijack, Neerja Bhanot killer falls to drone". The Times of India. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-11. Diakses tanggal 13 November 2015.
Bacaan tambahan
- Bobb, Dilip, M. Rahman, Zahid Hussain, and Ramindar Singh. "Pakistan's bloody blunder." India Today. September 30, 1986.
- Stettler, Jeremaiah. "25 years later, experiencing Pan Am hijacking still haunts Utahn." The Salt Lake Tribune. August 7, 2014.
- "New Security Measures for Pan Am Airlines Diarsipkan 2020-01-30 di Wayback Machine.." ABC News. December 6, 1986. Getty Images Clip #450000364
Pranala luar
- U.S. Department of Justice Attorney's Office For the District of Columbia Information on court proceedings of Pan Am Flight 73
- "UNITED STATES ARRESTS KNOWN HIGHJACKER FROM PAN AMERICAN WORLD AIRWAYS FLIGHT 73" ( Diarsipkan 2015-10-10 di Wayback Machine.). U.S. Department of Justice. Monday October 1, 2001.
- U.S. Department of Justice May 13, 2004, press release Diarsipkan 2016-12-26 di Wayback Machine. on the Pan Am Flight 73 criminal case
- Crowell & Moring Pan Am Flight 73 civil suit Diarsipkan 2007-10-15 di Wayback Machine. against Libya, Gaddafi and the five hijackers
- Naqvi, Jawed. "This Karachi nightmare and that." Dawn. July 1, 2014.
- For the book by Mike Thexton about his experience on Pan Am Flight 73, 'What happened to the Hippy Man?', see the book's web page
- Photos of the airliner at airliners.net
- "Karachi hijack ends in bloodshed." bbc.co.uk.
