Kabupaten Ponorogo

Lambang resmi Ponorogo
Lambang
Julukan: 
7°52′07″S 111°27′43″E / 7.8686°S 111.4619°E / -7.8686; 111.4619Negara IndonesiaProvinsiJawa TimurTanggal berdiri8 Agustus 1950Dasar hukumUU No. 12/1950Hari jadi11 Agustus 1496; 527 tahun lalu (1496-08-11)Ibu kotaPonorogoJumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 21
  • Kelurahan: 26
  • Desa: 279
Pemerintahan
 • BupatiSugiri Sancoko • Wakil BupatiLisdyarita • Sekretaris DaerahAgus Pramono • Ketua DPRDSunartoLuas
 • Total1.371,78 km2 (529,65 sq mi)Ketinggian tertinggi
2.563 m (8,409 ft)Ketinggian terendah
92 m (302 ft)Populasi
 (2022)[1]
 • Total964.253 • Kepadatan1.380/km2 (3,600/sq mi) • Laki-laki
474.260 • Perempuan
475.060Demonim- Warga Ponorogo (id)
- Wong Ponorogo (jw)[nb 1]
- Ponoragan (en)Demografi
 • Agama
  • 0,03% Buddha
  • 0,01% Hindu
  • 1,25% Lainnya[3]
  •  • BahasaIndonesia (resmi),
    Jawa (dominan)
    - Jawa Mataraman,
    Lainnya • IPMKenaikan 0.711 (2021)
    Tinggi[4]Zona waktuUTC+07:00 (WIB)Kode posKode BPS
    3502
    Kode area telepon+62 352Kode ISO 3166ID-JIPelat kendaraanAE xxxx S**/T*/U*/V*/W*Kode Kemendagri35.02 APBDRp 2.439.280.432.343,- (2020)[5]PADRp 295.144.564.691,- (2020)[5]DAURp 1.101.498.854.000,- (2020)[5]Semboyan daerahREOG
    "Resik, Endah, Omber,
    dan Girang-gemirang"
    Flora resmiSonokelingSitus webponorogo.go.id
    Pertunjukan Reog Ponorogo pada tahun 1920

    Ponorogo (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦥꦤꦫꦒ, Pegon: ڤاناراڮا, translit. Pånårågå; pengucapan bahasa Jawa: [pɔnɔˈrɔgɔ]) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kota Ponorogo berada di kecamatan Ponorogo. Kabupaten ini terletak di koordinat 111° 17’–111° 52’ BT dan 7° 49’–8° 20’ LS dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas wilayah 1.371,78 km².[6] Kabupaten ini terletak di bagian barat provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2022, jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo adalah 964.253 jiwa.[7]

    Hari jadi Kabupaten Ponorogo diperingati setiap tanggal 11 Agustus, karena pada tanggal 11 Agustus 1496, Bathara Katong diwisuda/dinobatkan sebagai adipati pertama Kadipaten Ponorogo. Pada tahun 1837, Kadipaten Ponorogo pindah dari Kota Lama ke Kota Tengah menjadi Kabupaten Ponorogo.[8][9] Semenjak tahun 1944 hingga sekarang Kabupaten Ponorogo sudah berganti kepemimpinan sebanyak 16 kali.

    Kabupaten Ponorogo dikenal dengan julukan Reog atau Bumi Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog. Ponorogo juga dikenal sebagai Santri karena memiliki banyak pondok pesantren, salah satu yang terkenal adalah Pondok Modern Darussalam Gontor yang terletak di Desa Gontor, Kecamatan Mlarak.

    Setiap tahun pada bulan Suro (Muharram), Kabupaten Ponorogo mengadakan suatu rangkaian acara berupa pesta rakyat yaitu Grebeg Suro. Pada pesta rakyat ini ditampilkan berbagai macam seni dan tradisi, di antaranya Festival Nasional Reog Ponorogo, Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel.[10]

    Etimologi

    Ponorogo berasal dari dua kata yaitu pramana dan raga. Pramana berarti daya kekuatan, rahasia hidup, sedangkan raga berarti badan, jasmani. Kedua kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa di balik badan manusia tersimpan suatu rahasia hidup (wadi) berupa olah batin yang mantap dan mapan berkaitan dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah / lawamah, shufiah dan muthmainah. Manusia yang memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan menempatkan diri di mana pun dan kapan pun berada.[9] Namun ada pula yang menyebutkan bahwa pana berarti melihat dan raga berarti badan, raga, atau diri. Sehingga arti Panaraga adalah "melihat diri sendiri" atau dalam kata lain disebut "wawas diri".[11]

    Asal-usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathara Katong, Kiai Mirah, Seloaji, dan Jayadipa pada hari Jumat saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan Pramana Raga yang akhirnya berubah menjadi Panaraga (Ponorogo).[9]

    Pendapat lain tentang asal mula nama Ponorogo diutarakan oleh Pigeaud, yang berbunyi:[12]

    [...] Saya rasa cukup pasti bahwa nama itu dapat disejajarkan dengan nama Jogorogo, nama lama dari wilayah utara Lawu. [...] Saya menyarankan untuk menyetarakan kata rogo dengan rowo [rawa], sedangkan pono dengan bono (lanskap). Secara kebahasaan, hanya sedikit yang menyangsikan ini. Telah diketahui bahwa Madiun dulunya merupakan rawa yang besar. Jogorogo dapat dipahami sebagai 'perbatasan rawa', sedangkan Ponorogo adalah perubahan linguistik selanjutnya.

    Sejarah

    Menurut Babad Ponorogo, berdirinya Kabupaten Ponorogo dimulai setelah Raden Katong sampai di wilayah Wengker. Pada saat itu Wengker dipimpin oleh Surya Ngalam yang dikenal sebagai Ki Ageng Kutu. Raden Katong lalu memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman (yaitu di Dusun Plampitan, Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan sekarang). Melalui situasi dan kondisi yang penuh dengan hambatan, tantangan, yang datang silih berganti, Raden Katong, Selo Aji, dan Ki Ageng Mirah beserta pengikutnya terus berupaya mendirikan pemukiman.

    Tahun 14821486 M, untuk mencapai tujuan menegakkan perjuangan dengan menyusun kekuatan, sedikit demi sedikit kesulitan tersebut dapat teratasi, pendekatan kekeluargaan dengan Ki Ageng Kutu dan seluruh pendukungnya ketika itu mulai membuahkan hasil.

    Dengan persiapan dalam rangka merintis kadipaten didukung semua pihak, Bathoro Katong (Raden Katong) dapat mendirikan Kadipaten Ponorogo pada akhir abad XV, dan ia menjadi adipati yang pertama.

    Kadipaten Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496, tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Ponorogo. Penetapan tanggal ini merupakan kajian mendalam atas dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala berupa sepasang batu gilang yang terdapat di depan gapura kelima di kompleks makam Batara Katong dan juga mengacu pada buku Hand book of Oriental History. Pada batu gilang tersebut tertulis candrasengkala memet berupa gambar manusia yang bersemadi, pohon, burung garuda dan gajah. Candrasengkala ini menunjukkan angka tahun 1418 Saka atau tahun 1496 M. Sehingga dapat ditemukan hari wisuda Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo yaitu hari Minggu Pon, tanggal 1 Besar 1418 Saka bertepatan tanggal 11 Agustus 1496 M atau 1 Dzulhijjah 901 H. Selanjutnya melalui seminar Hari Jadi Kabupaten Ponorogo yang diselenggarakan pada tanggal 30 April 1996 maka penetapan tanggal 11 Agustus sebagai Hari Jadi Kabupaten Ponorogo telah mendapat persetujuan DPRD Kabupaten Ponorogo.[8][9]

    Sejak berdirinya Kadipaten Ponorogo di bawah pimpinan Raden Katong, tata pemerintahan menjadi stabil dan pada tahun 1837 Kadipaten Ponorogo pindah dari Kota Lama ke Kota Tengah menjadi Kabupaten Ponorogo hingga sekarang.[9]

    Geografi

    Kabupaten Ponorogo terletak di antara 111° 17’–111° 52’ BT dan 7° 49’–8° 20’ LS. Jarak ibu kota Ponorogo dengan ibu kota Provinsi Jawa Timur (Surabaya) kurang lebih 200 km ke arah timur laut dan ke ibu kota negara (Jakarta) kurang lebih 800 km ke arah barat.[6]

    Batas Administrasi

    Kabupaten Ponorogo berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:[13]

    Utara Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Nganjuk
    Timur Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek
    Selatan Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Trenggalek
    Barat Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri (Provinsi Jawa Tengah)

    Topografi

    Kabupaten Ponorogo mempunyai luas wilayah 1.371,78 km² dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut yang dibagi menjadi 2 subarea, yaitu area dataran tinggi yang meliputi Kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung, dan Ngebel sisanya merupakan area dataran rendah. Sungai yang melewati ada 14 sungai dengan panjang antara 4–58 km sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian dengan produksi padi maupun hortikultura. Sebagian besar dari luas yang ada terdiri dari area kehutanan dan lahan sawah, sedangkan sisanya digunakan untuk ladang pekarangan.[6]

    Iklim

    Kabupaten Ponorogo memiliki iklim muson tropis (Am) yang mengalami dua musim sebagai akibat dari pergerakan angin muson, yaitu musim kemarau yang disebabkan oleh angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin dan musim hujan yang disebabkan oleh angin muson barat–barat laut yang bersifat basah dan lembap. Curah hujan paling tinggi terjadi pada periode bulan Desember, Januari, dan Februari dengan curah hujan bulanan lebih dari 200 mm per bulan. Curah hujan terendah terjadi pada periode bulan Juli, Agustus, dan September dengan curah hujan kurang dari 80 mm per bulan. Suhu di Kabupaten Ponorogo sepanjang tahun relatif sama dengan suhu rata-rata 26,4 ℃ dan suhu rata-rata terendah 21,6 ℃, dan curah hujan di wilayah ini berkisar antara 1.400–2.000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 100–150 hari hujan per tahun.

    Data iklim Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia
    Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
    Rata-rata tertinggi °C (°F) 29.9
    (85.8)
    30.1
    (86.2)
    30.4
    (86.7)
    31.2
    (88.2)
    31.2
    (88.2)
    31.3
    (88.3)
    31.1
    (88)
    31.6
    (88.9)
    32.6
    (90.7)
    32.7
    (90.9)
    31.8
    (89.2)
    30.8
    (87.4)
    31.23
    (88.21)
    Rata-rata harian °C (°F) 26.1
    (79)
    26.2
    (79.2)
    26.4
    (79.5)
    26.8
    (80.2)
    26.5
    (79.7)
    26.1
    (79)
    25.6
    (78.1)
    25.7
    (78.3)
    26.7
    (80.1)
    27.1
    (80.8)
    26.9
    (80.4)
    26.6
    (79.9)
    26.39
    (79.52)
    Rata-rata terendah °C (°F) 22.3
    (72.1)
    22.4
    (72.3)
    22.5
    (72.5)
    22.4
    (72.3)
    21.9
    (71.4)
    20.9
    (69.6)
    20.1
    (68.2)
    19.9
    (67.8)
    20.8
    (69.4)
    21.6
    (70.9)
    22.1
    (71.8)
    22.4
    (72.3)
    21.61
    (70.88)
    Presipitasi mm (inci) 314
    (12.36)
    289
    (11.38)
    300
    (11.81)
    200
    (7.87)
    155
    (6.1)
    62
    (2.44)
    34
    (1.34)
    18
    (0.71)
    55
    (2.17)
    136
    (5.35)
    179
    (7.05)
    290
    (11.42)
    2.032
    (80)
    Rata-rata hari hujan 18 18 16 12 8 6 3 2 3 5 10 16 117
    % kelembapan 85 85 84 81 80 77 73 71 69 71 76 81 77.8
    Kemungkinan sinar matahari (persen) 50 49 55 65 69 73 79 78 74 72 62 54 65
    Sumber #1: Climate-Data.org [14]
    Sumber #2: Weatherbase [15]

    Pemerintahan

    Daftar Bupati

    Berikut adalah Daftar Nama Bupati Ponorogo sejak 1837:

    No. Bupati Mulai Menjabat Akhir Menjabat Wakil Bupati Ket.
    1. R. Adipati Mertohadinegoro 1837 1854
    2. R. Mas Sasrokusuma 1854 1856
    3. R. Mas Tumenggung Cokronegoro I 1856 1882
    4. R. Mas Cokronegoro II 1882 1906
    5. R.T. Sosro Prawiro 1906 1906
    6 R. Mas Cokrohadinegoro 1914 1916
    7. Pangeran Kusumo Yuda 1916 1926
    8. R. Tumenggung Saim 1926 1934
    9. R. Sutikno 1934 1944
    10. R. Soesanto Tirtoprodjo 1944 1945
    Masa Kemerdekaan Indonesia
    11. R. Tjokrodiprodjo 1945 1949
    12 R. Prajitno 1949 1951
    13. Mayjen TNI R. Moehamad Mangoendipradja 1951 1955
    14. R. Mahmoed 1955 1958
    15. R. M. Harjogi 1958 1960
    16. R. Dasoeki Prawirowasito 1960 1967
    17. R. Soejoso 1967 1968
    18. R. Soedono Soekirdjo 1968 1974
    19. H. Soemadi 1974 1984
    20. Drs. Soebarkah Poetro Hadiwirjo 1984 1989
    21. Drs. R. Gatot Soemani 1989 1994
    22. Dr. H. M. Markum Singodimedjo 1994 2004 H. Muryanto, S.H., M.M.
    23. H. Muryanto, S.H., M.M. 2004 2005
    24. H. Muhadi Suyono, S.H., M.Si. 2005 2010 H. Amin, S.H.
    25. H. Amin, S.H. 2010 2015 Yuni Widyaningsih
    26 Drs. H. Ipong Muchlissoni 17 Februari 2016 26 Februari 2021 Drs. H. Soedjarno, M.M.
    27 H. Sugiri Sancoko, S.E., M.M. 26 Februari 2021 Petahana Hj. Lisdyarita, S.H.


    Dewan Perwakilan

    Komposisi anggota DPRD Kabupaten Ponorogo selama 3 periode adalah sebagai berikut :

    Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
    2009-2014[16] 2014-2019[17] 2019-2024[18] 2024-2029
    PKB 7 Steady 7 Kenaikan 8 Steady 8
    Gerindra (baru) 0 Kenaikan 6 Penurunan 5 Kenaikan 6
    PDI-P 10 Penurunan 5 Penurunan 4 Kenaikan 7
    Golkar 9 Kenaikan 10 Penurunan 4 Kenaikan 5
    NasDem (baru) 1 Kenaikan 10 Penurunan 7
    PKS 1 Kenaikan 2 Kenaikan 4 Penurunan 3
    PPP 3 Penurunan 1 Steady 1 Steady 1
    PAN 6 Steady 6 Penurunan 3 Steady 3
    Hanura (baru) 2 Penurunan 1 Steady 1 Penurunan 0
    Demokrat 7 Penurunan 6 Penurunan 5 Steady 5
    PKPI 1 Penurunan 0 Steady 0
    PKNU (baru) 3
    PNIM 1
    Jumlah Anggota 50 Penurunan 45 Steady 45 Steady 45
    Jumlah Partai 11 Penurunan 10 Steady 10 Penurunan 9


    Kecamatan

    Kabupaten Ponorogo terdiri dari 21 kecamatan, 26 kelurahan, dan 281 desa (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 949.280 jiwa dengan luas wilayah 1.305,70 km² dan sebaran penduduk 727 jiwa/km².[19][20]

    Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Ponorogo, adalah sebagai berikut:

    Kode
    Kemendagri
    Kecamatan Jumlah
    Kelurahan
    Jumlah
    Desa
    Status Daftar
    Desa/Kelurahan
    35.02.16 Babadan 3 12 Desa
    Kelurahan
    35.02.13 Badegan - 10 Desa
    35.02.11 Balong - 20 Desa
    35.02.03 Bungkal - 19 Desa
    35.02.20 Jambon - 13 Desa
    35.02.18 Jenangan 2 15 Desa
    Kelurahan
    35.02.09 Jetis - 14 Desa
    35.02.12 Kauman - 16 Desa
    35.02.08 Mlarak - 15 Desa
    35.02.19 Ngebel - 8 Desa
    35.02.02 Ngrayun - 11 Desa
    35.02.17 Ponorogo 19 - Kelurahan
    35.02.21 Pudak - 6 Desa
    35.02.07 Pulung - 18 Desa
    35.02.04 Sambit - 16 Desa
    35.02.14 Sampung - 12 Desa
    35.02.05 Sawoo - 14 Desa
    35.02.10 Siman 2 16 Desa
    Kelurahan
    35.02.01 Slahung - 22 Desa
    35.02.06 Sooko - 6 Desa
    35.02.15 Sukorejo - 18 Desa
    TOTAL 26 281

    Ekonomi

    Kabupaten Ponorogo memiliki fasilitas perdagangan yang cukup lengkap, fasilitas tersebut berupa pasar dan pertokoan yang tersebar di seluruh wilayah. Pasar-pasar besar Kabupaten Ponorogo antara lain Pasar Legi Songgolangit di Kecamatan Ponorogo, Pasar Wage di Kecamatan Jetis, Pasar Pon di Kecamatan Siman dan pasar-pasar lain yang umumnya buka menurut hari dalam penanggalan Jawa. Di kabupaten ini juga terdapat pasar hewan terbesar di Karesidenan Madiun, yaitu Pasar Hewan Jetis yang buka setiap hari Pahing.

    Selain menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari, keberadaan pasar tersebut juga penting dalam rangka menunjang kegiatan sistem koleksi–distribusi terhadap barang-barang kebutuhan penduduk dan beberapa komoditas pertanian yang dihasilkan oleh Kabupaten Ponorogo. Sedangkan fasilitas perdagangan yang berupa pertokoan banyak berkembang di kabupaten ini terutama toko-toko swalayan.

    Produk domestik regional bruto (PDRB) tertinggi pada tahun 2019 adalah sektor pertanian dengan pendapatan 3,41 triliun dan terendah adalah Pengadaan Listrik dan Gas dengan pendapatan 13,11 miliar.[21] Upah minimum pada tahun 2021 adalah Rp1.938.321.[22]

    Pendapatan Domestik Regional Bruto 2015–2019 (Harga Konstan 2010)
    Sektor Tahun
    2015 2016 2017 2018 2019
    Rupiah (miliar) % Rupiah (miliar) % Rupiah (miliar) % Rupiah (miliar) % Rupiah (miliar) %
    Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.306,34 3,01 3.399,08 2,80 3.381,49 -0,52 3.416,53 1,04 3.410,71 -0,17
    Pertambangan dan Penggalian 277,10 1,02 283,39 2,27 302,04 6,58 309,95 2,62 317,66 2,49
    Industri Pengolahan 810,10 6,05 851,98 5,17 923,50 8,39 993,51 7,58 1.063,79 7,07
    Pengadaan Listrik dan Gas 10,67 1,63 11,10 4,02 11,72 5,59 12,19 3,97 13,11 7,59
    Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 11,23 3,14 11,74 4,61 12,65 7,72 13,46 6,41 14,38 6,87
    Konstruksi 1.051,63 3,10 1.114,52 5,98 1.211,74 8,72 1.306,12 7,79 1.402,81 7,40
    Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2.042,95 7,61 2.169,20 6,18 2.340,40 7,89 2.515,06 7,46 2.685,83 6,79
    Transportasi dan Pergudangan 193,92 7,15 209,75 8,16 229,52 9,42 248,68 8,35 271,04 8,99
    Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 340,93 8,02 365,11 7,09 396,21 8,52 428,45 8,14 463,20 8,11
    Informasi dan Komunikasi 988,13 8,09 1.064,39 7,72 1.149,40 7,99 1.230,84 7,09 1.328,66 7,95
    Jasa Keuangan dan Asuransi 365,13 6,85 391,51 7,23 410,13 4,76 430,80 5,04 448,55 4,12
    Real Estat 307,93 5,93 326,68 6,09 342,40 4,81 367,90 7,45 390,95 6,26
    Jasa Perusahaan 51,58 6,00 54,60 5,87 58,19 6,57 62,57 7,53 66,94 6,98
    Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 630,91 5,22 666,70 5,67 685,53 2,82 715,06 4,31 734,75 2,75
    Jasa Pendidikan 965,73 6,99 1.035,12 7,19 1.107,34 6,98 1.173,01 5,93 1.260,81 7,49
    Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 91,71 1,49 97,26 6,05 103,13 6,04 111,26 7,88 119,81 7,69
    Jasa lainnya 241,86 4,17 253,51 4,81 268,06 5,74 284,19 6,02 308,79 8,66
    Total 11.687,87 5,25 12.305,65 5,29 12.933,45 5,10 13.619,57 5,31 14.301,79 5,01
    Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo[21]

    Komoditas

    Komoditas unggulan Kabupaten Ponorogo yaitu sektor perkebunan dan pertanian. Sektor perkebunan komoditas unggulannya adalah kakao, tebu, kopi, kelapa, cengkih, dan jambu mete. Sektor Pertanian komoditas yang diunggulkan adalah tembakau.[23] Beberapa komoditas pertanian dan perkebunan lainnya adalah padi, ubi kayu, jagung, kacang kedelai, dan kacang tanah. Komoditas sektor perkebunan tahun 2009 menghasilkan tebu 12.985 ton, kelapa 3.915 ton, dan kopi 167 ton.[24]

    Ketersediaan lahan perkebunan pada tahun 2011 yang sudah digunakan untuk cengkih seluas 2.876 ha, jambu Mete seluas 1.340 ha, kakao seluas 1.723 ha, kelapa seluas 6.108 ha, kopi seluas 580 ha, dan tebu seluas 2.466 ha.[25]

    Demografi

    Penduduk

    Populasi historis
    Tahun Jumlah
    Pend.
      
    ±%  
    1961[1] 699.870—    
    1971[1] 738.760+5.6%
    1980[26] 783.356+6.0%
    1990[26] 837.055+6.9%
    2000[27] 841.497+0.5%
    2010[28] 855.281+1.6%
    2020[1] 949.320+11.0%
    Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo
    Lihat pula: Populasi tahunan

    Menurut publikasi BPS jumlah penduduk di 21 kecamatan di Kabupaten Ponorogo pada sensus penduduk tahun 2020 adalah 949.320 yang terdiri atas 474.260 laki-laki dan 475.060 perempuan dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 99 yang berarti jumlah penduduk laki-laki hampir sama besarnya dengan jumlah penduduk perempuan.[1] Sedangkan pada sensus penduduk tahun 2010, rasio tertinggi terdapat di Kecamatan Mlarak yaitu sebesar 128 (setiap 100 perempuan terdapat 128 laki-laki) dan rasio terendah terdapat di Kecamatan Jetis yaitu sebesar 95 (setiap 100 perempuan terdapat 95 laki-laki). Kecamatan yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Ponorogo yaitu sebanyak 3.333 jiwa/km2 dan yang paling rendah adalah Kecamatan Pudak yaitu sebanyak 182 jiwa/km2.[26]

    Agama

    Agama yang dianut oleh penduduk Kabupaten Ponorogo beragam. Menurut data dari Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk tahun 2010, penganut Islam berjumlah 839.127 jiwa (98,11%), Kristen berjumlah 2.864 jiwa (0,33%), Katolik berjumlah 2.268 jiwa (0,27%), Buddha berjumlah 261 jiwa (0,03%), Hindu berjumlah 82 jiwa (0,01%), Kong Hu Cu berjumlah 14 jiwa (0,002%), agama lainnya berjumlah 25 jiwa (0,003%), tidak terjawab dan tidak ditanyakan berjumlah 10.640 jiwa (1,24%).[3]

    Jumlah keseluruhan tempat peribadatan di Ponorogo pada tahun 2010 adalah sejumlah 4.233 buah. Masjid berjumlah 1.448 buah, Mushola berjumlah 2.754 buah, Gereja Protestan berjumlah 21 buah, Gereja Katolik berjumlah 8 buah, dan Wihara berjumlah 2 buah.[29]

    Bahasa

    Bahasa yang digunakan di Kabupaten Ponorogo adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, dan bahasa Jawa Mataraman sebagai bahasa sehari-hari.

    Seni budaya

    Kesenian

    Reog Ponorogo, salah satu kesenian di Ponorogo

    Ponorogo memiliki banyak sekali kesenian daerah, salah satu yang terkenal adalah Reog. Seni Reog merupakan rangkaian tarian yang terdiri dari tarian pembukaan dan tarian inti. Tarian pembukaan biasanya dibawakan oleh 6–8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6–8 gadis yang menaiki kuda. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan. Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi di mana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar. Adegan terakhir adalah singa barong, yang mana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Namun adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Di sini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan.

    Selain Reog terdapat juga kesenian dan tradisi lain, yaitu Gajah-gajahan, Onta Ponoragan, Kebo Keboan ponoragan, Kompang, Odrot, Keling, Balon Lebaran, wayang purwa, Jaranan Thek, Gong Gumbeng.

    Budaya dan adat-istiadat

    Kebudayaan dan adat-istiadat masyarakat Ponorogo dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat-istiadat masyarakat Jawa Tengah. Beberapa budaya masyarakat Ponorogo adalah Larung Risalah Doa, Grebeg Suro, dan Kirab Pusaka. Masyarakat Ponorogo memiliki adat-istiadat yang sangat khas yaitu, becekan (suatu kegiatan dengan mendatangi dan memberikan bantuan berupa bahan makanan; beras, gula, dan sejenisnya kepada keluarga, tetangga atau kenalan yang memiliki hajat pernikahan atau khitanan) dan sejarah (silaturahmi ke tetangga dan sanak saudara pada saat hari raya Idulfitri yang biasanya dilakukan dengan mendatangi rumah orang yang berumur lebih tua).

    Pariwisata

    Terdapat beberapa objek wisata di Kabupaten Ponorogo, di antaranya objek wisata budaya, objek wisata industri, objek wisata alam, dan objek wisata religius.

    Objek wisata budaya

    Setiap tanggal 1 Muharram (1 Suro), pemerintah Kabupaten Ponorogo menyelenggarakan Grebeg Suro. Dalam rangkaian perayaan Grebeg Suro ini diadakan Kirab Pusaka yang biasa diselenggarakan sehari sebelum tanggal 1 Muharram. Pusaka peninggalan pemimpin Ponorogo zaman dahulu, saat masih dalam masa Kerajaan Wengker, diarak bersama pawai pelajar dan pejabat pemerintahan di Kabupaten Ponorogo, dari makam Bathara Katong (pendiri Ponorogo) di daerah Pasar Pon sebagai Kota Lama, ke Pendapa Kabupaten. Pada malam harinya, di alun-alun kota, Festival Nasional Reyog Ponorogo memasuki babak final. Esok paginya ada acara Larung Risalah Doa di Telaga Ngebel, di mana nasi tumpeng dan kepala kerbau dilarung bersama doa ke tengah-tengah telaga.[30] Perayaan Grebeg Suro ini menjadi salah satu jadwal kalender wisata Jawa Timur. Objek wisata budaya lainnya, yaitu Taman Rekreasi Singo Pitu, Pentas Wayang Kulit, dan Reyog Bulan Purnama.[31]

    Objek wisata industri

    Di Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa sentra industri, di antaranya sentra industri seng di Desa Paju, Kecamatan Ponorogo, sentra industri jenang di Desa Josari, Kecamatan Jetis, dan sentra industri kulit di Desa Nambangrejo, Kecamatan Sukorejo.[31]

    Objek wisata alam

    Beberapa objek wisata alam yang terdapat di Kabupaten Ponorogo yaitu:[31]

    Telaga Ngebel adalah sebuah danau alami yang terletak di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Kecamatan Ngebel terletak di lereng gunung Wilis. Telaga Ngebel terletak sekitar 30 km dari pusat kota Ponorogo dengan ketinggian 734 meter di atas permukaan laut. Keliling dari Telaga Ngebel sekitar 5 km dan suhu di telaga ini berkisar antara 20–26 ℃.
    Taman Wisata Ngembag adalah taman wisata yang terletak di Kelurahan Ronowijayan Kecamatan Siman sekitar 3 km di sebelah timur dari pusat kota Ponorogo. Taman ini terdiri dari sumber air yang dilengkapi dengan taman bermain dan kolam renang anak. Sebelumnya Ngembag dikenal sebagai mata air yang tak terawat. Kemudian oleh Pemkab Ponorogo diubah sebagai taman kota yang dilengkapi dengan kolam renang anak dan juga beberapa permainan anak-anak.
    Air Terjun Pletuk atau juga dikenal dengan nama Coban Temu adalah air terjun yang terletak di Dusun Kranggan, Desa Jurug, Kecamatan Sooko, sebelah tenggara dari pusat kota Ponorogo atau lebih tepatnya sebelah selatan dari Kecamatan Pulung. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 30 meter dan berada di atas ketinggian 450 meter di atas laut. Kawasan ini dikelilingi oleh perbukitan yang menjulang tinggi dan ditumbuhi sejumlah tanaman.
    Gunung Bayangkaki adalah gunung yang tak aktif yang terletak di Ponorogo, Jawa Timur, tepatnya di Desa Temon, Kecamatan Sawoo. Gunung Bayangkaki memiliki empat puncak, yakni Puncak Ijo (Gunung Ijo), Puncak Tuo (Gunung Tuo), Puncak Tumpak (Puncak Bayangkaki), dan Puncak Gentong (Gunung Gentong). Di balik indahnya alam dan kukuhnya batu-batu besar yang menjulang, Bayangkaki memiliki berbagai keunikan dan masih diselimuti dengan mitos yang terus berkembang dalam masyarakat sampai sekarang. Salah satu mitos yang berkembang dalam masyarakat adalah ketika Puncak Gentong sudah terbakar tanpa sebab berarti musim hujan akan segera tiba.[32]
    Air terjun Juruk Klenteng atau air terjun Tumpuk adalah air terjun yang terletak di Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. Air terjun ini berlokasi di perbatasan Ponorogo dan Trenggalek. Dinamakan air terjun Juruk Klenteng karena tempatnya yang menjuruk ke dalam dan diimpit dua tebing gunung bebatuan. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 45 meter ini. Pada ujung bawah air terjun terdapat kolam yang airnya terlihat hijau yang disebut kedung. Menurut mitos, kedung atau lubuk tersebut adalah tembusan ke laut selatan.[33]
    Penggalian situs arkeologi di Gua Lowo, Sampung pada tahun 1929
    Gua Lowo terletak di Kecamatan Sampung, sekitar 20 km dari pusat kota Ponorogo. Air terjun ini dinamakan Gua Lowo karena dihuni oleh banyak kelelawar. Kelelawar yang hidup di dalam gua ini bebas dan tidak mengganggu masyarakat setempat. Dalam gua ini juga ditemukan situs arkeologi yang memiliki nilai arkeologis tinggi. Lingkungan sekitar gua ini sangat alami dan dikelilingi oleh pepohonan dan batu-batuan.
    Hutan wisata Kucur atau taman wisata Kucur adalah hutan wisata yang terletak di Kecamatan Badegan, sekitar 20 km ke barat. Ada sumber air (kucur) di tengah hutan jati yang juga berfungsi sebagai taman nasional dan tempat perkemahan. Selain itu, karena lokasinya yang strategis, yang terletak di antara jalan Jawa Timur dan Jawa Tengah, taman wisata Kucur sering menjadi tempat beristirahat oleh siapa saja yang melakukan perjalanan.
    Air terjun Toyomerto atau dikenal juga dengan sebutan air terjun Selorejo terletak di Dusun Toyomerto, Desa Pupus, Kecamatan Ngebel, sekitar 35 km dari pusat kota. Akses ke air terjun ini medannya cukup sulit, menanjak penuh kelok dengan kanan kiri tebing curam dan membutuhkan kerja eksta untuk menuju ke sana. Namun hal itu dapat membawa pengalaman yang berbeda bagi para petualang. Air terjun ini terdiri dari 2 tingkat air dalam satu aliran yang jatuh dari tebing batu. Masing-masing tingkatan memiliki ketinggian 25 hingga 30 meter. Untuk tingkat pertama dikenal dengan nama Air Terjun Selorejo Atas dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat kedua. Untuk tingkat kedua dikenal dengan nama Air Terjun Selorejo Bawah. Pada Selorejo Atas dindingnya dapat dipanjat.
    Air terjun Setapak berada di Desa Banaran, Kecamatan Pulung. Akses ke air terjun Setapak ini cukup sulit karena melewati hutan hujan tropis yang sangat lebat. Air terjun ini berada di sekitar pegunungan Wilis selatan, tepatnya di utara Bukit Wolan. Air terjun ini memiliki ketinggian 13 meter dengan debit air yang cukup banyak dan dingin.

    Objek wisata religius

    Di Kabupaten Ponorogo terdapat dua jenis objek wisata religius, yaitu objek wisata ziarah dan objek wisata agama. Tempat ziarah di antaranya adalah Makam Bathara Katong di Desa Setono, Kecamatan Jenangan dan Makam Gondoloyo di Desa Tanjungsari, Kecamatan Jenangan. Dan objek wisata agama di antaranya adalah Mata Air Sendang Waluyo Jati yang merupakan tempat ibadah penganut Katolik, dengan sebuah Patung Maria di Desa Klepu, Kecamatan Sooko dan Masjid Tegalsari yang dibangun sekitar abad ke-18 oleh Kiai Ageng Muhamad Besari, berarsitektur Jawa dengan 36 tiang, serta kitab berusia 400 tahun yang ditulis Ronggo Warsito di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis.[31]

    Pendidikan

    Di Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa pondok pesantren yang melahirkan tokoh-tokoh nasional, di antaranya Nurcholis Madjid, Hasyim Muzadi, Din Syamsuddin, dan Hidayat Nurwahid. Pesantren yang tercatat di Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama untuk tahun 2008 berjumlah 58 pesantren.[34]

    Selain pesantren, terdapat pula pendidikan formal negeri maupun swasta. Berikut ini adalah data pendidikan formal di Kabupaten Ponorogo dari Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) untuk wilayah Kabupaten Ponorogo tahun 2011/2012:

    Pendidikan formal TK atau RA SD atau MI SMP atau MTs SMA atau MA SMK Perguruan tinggi Lain-lain
    Negeri 13 625 63 20 7 0 1
    Swasta 617 88 108 57 25 4 7
    Total 630 713 171 77 32 4 8
    Data pendidikan di Kabupaten Ponorogo
    Sumber: Data Pokok Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional[35]

    Perguruan tinggi

    1. Akademi Komunitas Negeri Ponorogo (AKNP)[36]
    2. Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO)
    3. Universitas Merdeka Ponorogo (UNMERPO)
    4. Institut Agama Islam Negeri Ponorogo (IAIN Ponorogo)
    5. Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo (INSURI Ponorogo)
    6. Universitas Darussalam Gontor (UNIDA Gontor)
    7. Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin (IAIRM)
    8. Akademi Keperawatan (AKPER) Pemkab Ponorogo
    9. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo
    10. Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Busana Husada Ponorogo
    11. Akademi Kebidanan Harapan Mulya Ponorogo

    Pondok pesantren

    1. Pondok Modern Darussalam Gontor
    2. Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
    3. Pondok Pesantren Al-Islam Joresan
    4. Pondok Modern Arrisalah Slahung
    5. Pondok Pesantren Darul Huda Mayak
    6. Pondok Pesantren Al-Iman Sumoroto
    7. Pondok Pesantren Darun Najah
    8. Pondok Pesantren KH Syamsuddin Durisawo, Nologaten
    9. Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper
    10. Pondok Pesantren Hudatul Muna Jenes
    11. Pondok Pesantren Putra Chasanul Hidayah Bajang Balong Ponorogo
    12. Pondok Pesantren Putri Darus Sa'adah Bajang Balong Ponorogo
    13. Pondok Pesantren Al-Amin Ronowijayan Ponorogo
    14. Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Jarakan Ponorogo
    15. Pondok Pesantren Nurul Qur'an Pakunden Ponorogo

    Sekolah dasar dan menengah

    1. SMKN 1 Jenangan Ponorogo
    2. SMK PGRI 2 Ponorogo
    3. SMK PGRI 1 Ponorogo
    4. SMKN 1 Ponorogo
    5. SMKN 2 Ponorogo
    6. SMAN 1 Ponorogo
    7. SMAN 2 Ponorogo
    8. SMAN 3 Ponorogo
    9. SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo
    10. SMA Bakti Ponorogo
    11. SMA Immersion Ponorogo
    12. MAN 1 Ponorogo
    13. MAN 2 Ponorogo
    14. MAMNU Ponorogo
    15. SMPN 1 Ponorogo
    16. SMPN 2 Ponorogo
    17. SMPN 3 Ponorogo
    18. SMPN 4 Ponorogo
    19. SMPN 5 Ponorogo
    20. SMPN 6 Ponorogo
    21. MTsN 1 Ponorogo
    22. MTs Ma'arif 1 Ponorogo
    23. SMP Muhammadiyah 1 Ponorogo
    24. SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo
    25. SMP Ma'arif 1 Ponorogo
    26. SMP Ma'arif 2 Ponorogo
    27. SMPIT Qurrota Ayun Ponorogo
    28. SMP Terpadu Ponorogo
    29. SMPK Slamet Riyadi Ponorogo
    30. SDN 1 Mangkujayan Ponorogo
    31. SD Muhammadiyah Ponorogo
    32. SD Ma'arif Ponorogo
    33. SDN 3 Bangunsari Ponorogo
    34. SDIT Qurrota Ayun Ponorogo

    Transportasi

    Ibu kota Kabupaten Ponorogo atau Kota Ponorogo terletak 27 km sebelah selatan Kota Madiun, 65 km sebelah selatan Kota Ngawi. Kabupaten ini berada di jalur utama NgawiPacitan. Transportasi yang sekarang banyak digunakan adalah kendaraan bermotor, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Ada sebagian kecil menggunakan sepeda angin (sepeda onthel). Terminal utama Kabupaten Ponorogo adalah Terminal Seloaji yang terletak di sebelah utara Kabupaten Ponorogo yaitu di Kecamatan Babadan.

    Kendaraan tradisional

    Masih ada kereta yang ditarik kuda (dokar) yang digunakan sebagai alat transportasi utama. Dokar biasa digunakan di daerah pedesaan, terutama untuk mengangkut pedagang yang hendak menuju pasar-pasar tradisional. Selain itu ada juga dokar yang khusus difungsikan sebagai kereta wisata, yang biasa digunakan untuk mengelilingi Kota Ponorogo.

    Trayek bus dalam kabupaten

    Untuk menghubungkan ibu kota kabupaten dengan kecamatan-kecamatan di pinggiran tersedia pula bus mini yang relatif ekonomis. Untuk pelajar misalnya, cukup dikenakan tarif Rp1.000 hingga Rp2.000. Bus mini ini beroperasi mulai setelah subuh hingga menjelang sore. Ada 3 trayek utama bus mini di Ponorogo. Setiap trayek akan memutar melewati Alun-alun Kabupaten Ponorogo–Jalan MT. Haryono–Pabrik Es–Terminal Seloaji–Ngrupit–Pasar Pon–Jeruksing–Terminal Lama–Jenes. 3 trayek tersebut adalah:

    1. Terminal Seloaji–Dengok–JetisSambitSawoo
    2. Terminal Seloaji–Dengok–Balong–ke Slahung / ke Bungkal
    3. Terminal Seloaji–Tambak Bayan–BadeganPurwantoro

    Angkodes

    Juga ada angkutan sejenis angkot yaitu Angkodes (angkutan pedesaan) yang merupakan salah satu transportasi umum di Kabupaten Ponorogo untuk daerah-daerah yang tidak dilewati jalur bus seperti Mlarak, Pulung, Sooko, atau Somoroto.

    Bus antarkota

    Berpusat di terminal Seloaji, bus antarkota menghubungkan Ponorogo dengan kota-kota di Jawa Timur. Beberapa bus antarkota yang cukup populer di Ponorogo di antaranya:

    1. Ponorogo–Surabaya yang dilayani armada bus Restu, Jaya, Mandala, dan beberapa armada bus antarkota lainnya
    2. Ponorogo–TrenggalekTulungagungBlitar yang dilayani oleh armada bus Jaya
    3. Ponorogo–Ngawi yang dilayani oleh armada bus Cendana
    4. Ponorogo–Pacitan yang dilayani oleh armada bus Aneka

    Kereta api

    Dahulu ada Jalur kereta api Madiun-Ponorogo-Slahung tetapi sudah tidak berfungsi sejak tahun 1988. Sempat berembus rencana pengaktifan kembali jalur kereta ini yang telah disetujui oleh Wakil Menteri Perhubungan Indonesia E.E. Mangindaan.[37] Namun tentu saja hal ini sulit untuk direalisasikan mengingat sebagian besar jalur kereta yang dulu dipergunakan sekarang telah ditimpa berbagai macam bangunan.

    Makanan khas

    Sate Ponorogo

    Beraneka jenis makanan khas tersedia di Ponorogo. Sate Ponorogo merupakan salah satu jenis sate yang berasal dari daerah Ponorogo. Sate Ponorogo berbeda dengan Sate Madura. Perbedaannya adalah pada cara memotong dagingnya. Dagingnya tidak dipotong menyerupai dadu seperti sate ayam pada umumnya, melainkan disayat tipis panjang menyerupai fillet, sehingga selain lebih empuk, lemak pada dagingnya pun bisa disisihkan. Ukuran sate Ponorogo relatif lebih besar dengan irisan memanjang. Karena ukuran yang memanjang ini, satu tusuk sate Ponorogo biasanya hanya berisi satu atau dua potong daging. Perbedaan berikutnya adalah sate Ponorogo melalui proses perendaman bumbu (dibacem) agar bumbu meresap ke dalam daging.[38]

    Selain sate, juga terdapat Pecel Ponorogo. Perbedaan Pecel Ponorogo dengan pecel di daerah lainnya adalah bumbu kacangnya kental dan pedas serta mempunyai unsur rasa yang khas dengan aroma yang kuat. Sayur-sayurannya lengkap, taoge yang dipakai bukan berasal dari kacang hijau tetapi dari kedelai. Biasanya dilengkapi dengan petai cina (lamtoro) dan mentimun yang diiris kecil-kecil. Pecel Ponorogo juga dilengkapi dengan rempeyek atau tempe goreng. Cara penyajiannya pun berbeda dengan pecel di daerah lain. Pecel ini disajikan dengan nasi lalu sayur dan disiram sambal, kemudian diberi sayur dan sambal lagi, lalu lalapan kemudian tempe goreng atau rempeyek.

    Terdapat juga minuman khas dari Ponorogo, yaitu Dawet Jabung. Dawet Jabung mirip dengan es cendol, namun cendol yang dipakai terbuat dari tepung aren dan tanpa bahan pewarna, sehingga warnanya alami. Kuah dawetnya terdiri dari santan kelapa muda yang ditambah dengan gula aren dan sedikit garam. Biasanya ditambahkan tapai ketan dan irisan buah nangka. Dawet ini disajikan dalam mangkuk kecil dan ditambah dengan es batu. Dinamakan Dawet Jabung, karena asal dari dawet ini berasal dari Desa Jabung salah satu desa di Kecamatan Mlarak.[39]

    Beberapa jajanan khas Ponorogo adalah Jenang Mirah, Gethuk Golan, dan Arak Keling. Dinamakan Jenang Mirah karena pembuat jenang ini adalah Ibu Mirah. Jenang Mirah berasal dari Desa Josari. Merupakan makanan khas Ponorogo yang dibuat dari beras ketan, gula kelapa dan santan buah kelapa, tanpa bahan pengawet. Jenang Mirah termasuk makanan basah karena hanya tahan satu minggu, kecuali dimasukkan ke dalam lemari es. Jenang Mirah sangat mudah ditemui di toko oleh-oleh khas Ponorogo.[40][41] Selain Jenang Mirah, Juga ada arak keling, yaitu jajanan khas dari Desa Coper. Arak keling terbuat dari pati ketela pohon yang dicampur dengan telur lalu dibentuk seperti angka 8 dan digoreng sampai kering lalu diberi gula pasir yang direbus dahulu sampai kental hingga merata. Selain Jenang Mirah dan Arak Keling, ada pula Serabi Kuah khas Ponorogo, perbedaan serabi ini dengan serabi lain karena dimasak dengan kompor dan wajan dari tanah liat dan rasa serabi yang gurih ditambah dengan kuah santan yang manis, biasanya penjual serabi bisa dijumpai di sekitar Alun-Alun Ponorogo.

    Catatan

    1. ^ Terkadang juga disebut sebagai Ponoragan.[2]

    Referensi

    1. ^ a b c d e Hasil Sensus Penduduk 2020 Kabupaten Ponorogo. Ponorogo: BPS Kabupaten Ponorogo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-03-18. Diakses tanggal 2021-03-18. 
    2. ^ Dewi, Diana Setia (2017). "Pernikahan Ponoragan di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur". Journal of Art, Design, Art Education And Culture Studies. Universitas Negeri Malang. 2. ISSN 2548-6543. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-21. Diakses tanggal 2021-02-20. 
    3. ^ a b "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut Provinsi Jawa Timur". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-10. Diakses tanggal 2012-02-04. 
    4. ^ Indeks Pembangunan Manusia ([[IPM]]) Jawa Timur Tahun 2020. Surabaya: BPS Provinsi Jawa Timur. 2021. hlm. 7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-24. Diakses tanggal 2021-03-18.  Konflik URL–a (bantuan)
    5. ^ a b c "Anggaran (Ringkasan) 2020 per 6 Mei 2020". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-06. Diakses tanggal 24 Mei 2020. 
    6. ^ a b c "Letak Geografis". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-22. Diakses tanggal 2019-10-27. 
    7. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama penduduk2022
    8. ^ a b "Hari Jadi Kabupaten Ponorogo". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-09. Diakses tanggal 2011-12-2.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
    9. ^ a b c d e "Sejarah Ponorogo". 2011-07-12. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-24. Diakses tanggal 2019-10-27. 
    10. ^ "Grebeg Suro Ponorogo: Pesta Rakyat, Seni dan Tradisi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-06. Diakses tanggal 2011-11-21. 
    11. ^ "TOPIK ANTV:Mengunjungi Makam Pendiri Ponorogo" (Siaran pers). Topik ANTV. 2 Januari 2012. Diakses tanggal 3 Januari 2012.  Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan) Diarsipkan 2021-08-25 di Wayback Machine. "Salinan arsip". Archived from the original on 2021-08-25. Diakses tanggal 2023-05-07. Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
    12. ^ Reinhart 2021, hlm. 121.
    13. ^ "Kabupaten PONOROGO". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-27. Diakses tanggal 2012-01-21. 
    14. ^ "Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 5 Oktober 2020. 
    15. ^ "Ponorogo, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 5 Oktober 2020. 
    16. ^ "Kabupaten Ponorogo dalam Angka 2013". Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo. 04-09-2013. Diakses tanggal 09-10-2023.  Periksa nilai tanggal di: |access-date=, |date= (bantuan)
    17. ^ "Kabupaten Ponorogo dalam Angka 2018". Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo. 16-08-2018. Diakses tanggal 09-10-2023.  Periksa nilai tanggal di: |access-date=, |date= (bantuan)
    18. ^ Ini 45 Nama Calon Anggota Terpilih DPRD Ponorogo Periode 2019 - 2024
    19. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
    20. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
    21. ^ a b Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ponorogo Menurut Lapangan Usaha 2015-2019. Ponorogo: BPS Kabupaten Ponorogo. hlm. 128-130. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-21. Diakses tanggal 2021-03-18. 
    22. ^ Purba, David Oliver, ed. (2020-11-23). "Ini Daftar Lengkap Besaran UMK Jatim 2021". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-13. Diakses tanggal 2021-03-18. 
    23. ^ "Profil Kabupaten Ponorogo". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-09. Diakses tanggal 2012-2-11.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
    24. ^ "Profil Komoditi Unggulan di Daerah". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-04. Diakses tanggal 2012-2-11.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
    25. ^ "Ketersediaan Lahan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-04. Diakses tanggal 2012-2-11.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
    26. ^ a b c "Agregat data dasar penduduk dari hasil olah cepat SP2010 Kabupaten Ponorogo" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal Jan 21, 2019. Diakses tanggal 2019-01-21. 
    27. ^ "Jumlah Penduduk Kabupaten Ponorogo Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000 Dan 2010". Diarsipkan dari versi asli tanggal Jan 21, 2019. Diakses tanggal 2019-01-21. 
    28. ^ "Tabel Hasil Sensus Penduduk 2010 Provinsi JAWA TIMUR". Diarsipkan dari versi asli tanggal Oct 28, 2011. Diakses tanggal 2019-01-21. 
    29. ^ "Data Tempat Peribadatan Tahun 2010". Diarsipkan dari versi asli tanggal Mar 08, 2016. Diakses tanggal 2011-11-17.  Periksa nilai tanggal di: |archivedate= (bantuan)
    30. ^ "Larung Saji Bawa Berkah". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-23. Diakses tanggal 2011-09-18. 
    31. ^ a b c d "Pariwisata Ponorogo". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-03. Diakses tanggal 2019-10-27. 
    32. ^ "Tentang Gunung Bayangkaki". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-08. Diakses tanggal 2012-2-1.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
    33. ^ "Klenteng Tembus Laut". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-09. Diakses tanggal 2012-1-2.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
    34. ^ "Daftar Alamat Pondok Pesantren Tahun 2008/2009" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-08-12. Diakses tanggal 2011-08-25. 
    35. ^ "Data Pokok Pendidikan Wilayah Kab. Ponorogo 2011/2012". Diarsipkan dari versi asli tanggal Aug, 2011. Diakses tanggal 2011-08-25.  Periksa nilai tanggal di: |archivedate= (bantuan)
    36. ^ "Launching Akademi Komunitas Negeri Ponorogo". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-09. Diakses tanggal 2013-06-09. 
    37. ^ "Menhub setuju jalur KA Madiun-Ponorogo dibuka lagi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-21. Diakses tanggal 2013-06-08. 
    38. ^ "Sate Ponorogo Yang Melegenda". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-19. Diakses tanggal 2011-11-06. 
    39. ^ "Dawet Jabung : Cendol Kuliner Khas Ponorogo". 2011-08-17. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-19. Diakses tanggal 2011-09-18. 
    40. ^ "Jenang Mirah - Spektakuliner". 2011-07-21. Diakses tanggal 2011-11-18. 
    41. ^ "Jenang Mirah - BudayaIndonesia". 2011-07-24. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-12-14. Diakses tanggal 2011-11-18. 

    Daftar pustaka

    • Reinhart, Christopher, ed. (2021). Antara Lawu dan Wilis (dalam bahasa Indonesia). Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-602-481-644-5. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)

    Pranala luar

    Wikimedia Commons memiliki media yang terkait dengan:
    Ponorogo Regency (kategori)
    • (Indonesia) Situs web resmi
    • (Indonesia) Situs Dinas Pariwisata Ponorogo Diarsipkan 2019-10-03 di Wayback Machine.
    • (Indonesia) Kanalponorogo.com - Portal Berita Ponorogo
    • l
    • b
    • s
    Topik Ponorogo
    Bupati: Sugiri Sancoko — Wakil bupati: Lisdyarita
    Sejarah
    Sejarah Kabupaten Ponorogo • Kerajaan WengkerKi Ageng KutuBathara Katong
    Lambang Kabupaten Ponorogo
    Pemerintahan
    Eksekutif
    Legislatif
    Pendidikan
    Demografi
    Penduduk • Agama • Bahasa
    Wisata
    Wisata Kota
    Gunung dan Bukit
    Gunung Bayangkaki • Gunung Beruk • Gunung Bedes • Gunung Gajah • Gunung Masjid • Gunung Pringgitan • Gunung Loreng • Gunung Tumpang • Bukit Mloko Sewu • Bukit Teletubbies • Bukit Cumbri • Tanah Goyang
    Air Terjun
    Air Terjun Coban Lawe • Air Terjun Grojogan Coban • Air Terjun Juruk Klenteng • Air Terjun Midodaren • Air Terjun PletukAir Terjun SetapakAir Terjun Toyomerto • Air Terjun Widodaren
    Waduk
    Gua
    Gua Lowo • Gua Maria Fatima
    Hutan
    Seni dan Budaya
    Tarian dan Kesenian
    Reog • Gajah-gajahan
    Upacara Adat
    Festival
    Kuliner
    Makanan
    Pecel Ponorogo • Sate Ponorogo • Tiwul goreng • Rujak petis Welirang • Serabi Ponorogo • Sate Kopok
    Minuman
    Dawet Jabung
    Jajanan
    Jenang Mirah • Getuk Golan
    Tempat ibadah
    Masjid Agung PonorogoMasjid Tegalsari • Gereja KJW Jemaat Ponorogo
    Belanja dan Hiburan
    Ponorogo City Center • Pasar Legi Songgolangit
    Olahraga
    Stadion Batoro Katong • Gelanggang Olahraga Singodimedjo • Persepon Ponorogo
    Transportasi
    Lainnya
    Lihat pula: Kategori • Commons
    Pengawasan otoritas Sunting ini di Wikidata
    Umum
    • Integrated Authority File (Jerman)
    • VIAF
      • 1
    • WorldCat (via VIAF)
    Perpustakaan nasional
    • Amerika Serikat