Hubungan Korea Utara dengan Palestina

Hubungan Korea Utara–Palestina

Korea Utara	Palestina

Hubungan Korea Utara–Palestina (bahasa Korea: 팔레스타인-조선민주주의인민공화국 관계) merujuk kepada hubungan bilateral antara Korea Utara dan Palestina.

Hubungan politik

Hubungan Korea Utara dengan Organisasi Pembebasan Palestina dimulai pada 1966.^[1] Kim Il-sung dan Yasser Arafat memiliki hubungan yang sangat dekat dan Korea Utara memberi bantuan kepada Palestina. Korea Utara telah lama menganggap Israel sebagai "satelit imperialis"^[2] dan mengakui kedaulatan Palestina atas seluruh wilayah yang dipegang oleh Israel, kecuali Dataran Golan, yang direbut dari Suriah pada 1967 dan dianeksasi pada 1981, yang dianggap sebagai Teritorial Suriah oleh masyarakat internasional, termasuk Korea Utara (dalam pernyataan terkenal dari kebijakan isolasionisnya). Dukungan Korea Utara terhadap PLO dimulai pada 1970an dan meliputi suplai sejumlah kecil senjata dan bantuan militer. Senjata Korea Utara di Timur Tengah meliputi bantuan untuk beberapa faksi sayap kiri dan gerakan revolusioner seperti PLO dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina dan Front Demokrat untuk Pembebasan Palestina. Senjata dan bantuan Korea Utara kepada faksi-faksi Palestina berlanjut sampai keterbukaan Tiongkok di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping dan reformasi-reformasi politik di Uni Soviet di bawah kepemimpinan Mikhail Gorbachev pada 1980an. Setelah kejatuhan Uni Soviet, keterlibatan Korea Utara dalam konflik Israel-Palestina menurun dan Korea Utara beralih dari mengekspor revolusi menjadi pragmatisme.^[3]

Referensi